Billiard
Di suatu siang yang membosankan, Widya yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya yaitu Gilang, Fildzah, Kiki,Dewi, Almas, Depe, dan Wafa. Mereka bercengkrama karena sedang istirahat dari jam bimbingan belajar, mereka bimbingan belajar setelah Ujian Nasional tingkat SMA untuk menghadapi SNMPTN.
Almas : “ Duh, males banget deh les les padahal UN udah kan.”
Fildzah : “Iya banget deh males, jam ke dua bolos yuk pada mau engga ?”
Widya : “Kalo ketauan gimana ? SNMPTN bentar lagi kali.”
Depe : “ Ah nyantai aja, tau tau keterima aja.”
Kiki : “ Yuk ah penat nih abis UN, berangkat!”
Mereka pun berangkat menggunakan sepeda motor meninggalkan tempat les, dan bermaksud bolos dari jam belajar kedua. Widya, Kiki, Dewi, dan Fildzah mereka pergi ke suatu tempat makan, sedangkan Depe,Almas,Gilang,dan Wafa mereka berbeda arah dan entah tahu kemana. Di tempat makan Widya merasa ragu dan takut karena baru pertama kalinya dia bolos. Sedangkan teman-temannya yang lain menikmati saja karena mereka sudah pernah melakukan hal seperti ini. Di saat makan pun Widya tidak nafsu untuk menghabiskannya tapi Kiki meyakinkan bahwa yang dilakukan sekarang tidak akan memperngaruhi nilai di tempat les dan sebagainya sehingga akhirnya Widya merasa tenang dan menikmati bersama teman-temannya.
Widya : “ Emang gak apa-apa ya kita bolos kaya gini?”
Kiki : ”Gak apa-apa kali wid, tenang aja gak akan ngaruh kok buat nilai, lagian SNMPTN masih lama kan? Jadi selow aja deh ya!”
Fildzah : “Ya udah sih wid dibawa kalem aja!”
Mereka pun menghabiskan makanannya sambil bercanda dengan penuh tawa, disitu terlihat sekali kebersamaan mereka meskipun mereka kenal belum lama. Setelah mereka selesai makan mereka berencana akan melanjutkan bermain , dan akhirnya Depe menelepon Filldzah.
Depe : “Jah dimana?, kesini deh kita lagi di giant !”
Fildzah :” Hah ? emang gak apa-apa kita kesana? Tungguin aja pe kita mau otw.”
Depe : “ oke sip kita tunggu hati-hati jah.”
Keempat anak perempuan itu pun bergegas ke tempat yang bernama “Giant”, sesampainya disana mereka berempat mendadak rasa percaya dirinya naik dan gelagatnya seperti anak-anak yang memang sudah mahir dalam billiard. Ya betul sekali itu adalah tempat untuk bermain billiard dan memang sudah terkenal di kota itu. Dan memang betul sekali orang yang masuk pasti dicap “anak nakal” meskipun dia hanya di bawa-bawa oleh temannya tetapi tetap saja. Wafa langsung menyapa mereka berempat dan kemudian bergabung bersama-sama. Mereka berempat awalnya hanya melihat teman-teman laki-lakinya bermain billiard, tetapi Dewi perlahan menghampiri Gilang, Depe, dan Almas.
Dewi :”Mas Gilang, pengen nyobain dong boleh gak?”
Gilang :” Wow edaaan kamu wi, boleh aja kalo bisa.”
Dewi :” Iya, makanya sekarang pengen belajar biar bisa.”
“Tak”(suara bola billiard yang masuk), “prok,prok,prok” semuanya bertepuk tangan tanpa terkecuali Widya dan semuanya tertawa.
Kiki : “Weis, Dewi ternyata jago juga ya maen, jangan-jangan emang udah sering kali.”
Dewi : “Ah mana bisa baru sekali ini dan kebetulan aja masuk, hehe.”
Fildzah : “ Kita maen juga yuks, mumpung dua puluh rebu sejam gimana?, hayu Wid ikutan aja .”
Widya : “ Hayu deh kayanya rame, ntar foto yah biar keliatan so ngeksis gitu haha.”
Kiki : “ Siap ! tenang aja.”
Mereka pun bermain billiard secara bergantian, dan mereka betul-betul menikmati karena baru pertama kali mereka bermain billiard, dibandingkan dengan teman laki-lakinya, mereka lebih santai menikmati permainannya. Dua jam pun berlalu dengan cepat, mereka mulai lelah dan Widya melihat jam tangannya yg ternyata hampir menunjukkan pukul tiga sore, Widya cemas karena pasti dia akan pulang sore sedangkan teman-temannya masih asik menimmati.
Fildzah : “ Jam berapa ya sekarang Wid?”
Widya : “ Hampir mau jam tiga loh jah, kita belum shalat Dzuhur nih.”
Fildzah : “ Wah! Iya nih belum disini dimana coba shalat?’’
Depe :” Hahaha (sambil bermain billiard) mana ada di tempat kaya gini mushola?” Sekali gak juga gak apa-apa kali.”
Fildzah :” Iya sih Wid lagian kalau kita sholat disini dimana coba?”
Widya : “ Iya juga sih, pulang sekarang deh yuk!”
Kiki : “Iya yuk, tapi ke wc dulu ya.”
Widya, Kiki, Dewi, dan Fildzah ke wc, di dalam wc mereka berbicara banyak hal tentang billiard, mereka merasa paling gaya dan siap berbangga untuk menceritakan kepada teman-teman mereka yang lainnya. Tetapi di sisi lain pun mereka merasa bersalah dan membayangkan bagaimana SNMPTN yang sudah hampir di depan mata tetapi mereka malah berleha-leha. Widya yang bertanya bagaimana SNMPTN kepada Fildzah dan mengajak untuk shalat ternyata mereka menghiraukannya dan malah menjawab yang tidak-tidak. Mereka tidak menyadari telah melalaikan shalat dan mengaanggap remeh sesuatu yang sangat penting bagi masa depan mereka.
Fildzah : “Biar gak shalat cuman sekali ini, SNMPTN gimana entar aja dibawa kalem aja.”
Kiki : “ Ah iya bener tuh kata ijah, hehe.”
Widya : “ Hmmm, yaudah ngikut aja deh.”
Dewi : “Lanjutin lagi yuk mainnya gimana ? haha.”
Fildzah : “ Hayu siap!”
Mereka melanjutkan bermain billiard sampai sore, hingga akhirnya mereka pulang dengan wajah yang berseri-seri penuh bahagia seakan tidak mempunya beban dan tanggung jawab. Seminggu kemudian datanglah hari dimana hari itu mempunyai arti yang sangat besar bagi semua yang mendaftar SNMPTN termasuk Widya dan teman-temannya. Hari itu ialah hari dimana berlangsungnya tes penentuan apakah mereka diterima di Perguruan Tinggi yang mereka idamkan sejak dulu. Widya dan teman-temannya berpisah karena berbeda tempat tetapi meskipun berbeda sesudah tes itu berlangsung mereka selalu bertemu untuk membicarakan soal-soal yang nantinya mereka koreksi sendiri. Sebulan mereka menunggu hasil apakah mereka lolos atau tidak, selama itu pula mereka jarang bertemu hanya lewat pesan singkat atau telepon saja. Akhirnya hari-hari yang ditunggu-tunggu mereka datang juga, Fildzah memberi kabar kepada Widya lewat pesan singkatnya, dan dengan perasaan kecewa berat Fildzah tidak lolos, Kiki, Almas, Gilang, Wafa, dan Depe mereka semua memberi kabar yang sama yaitu GAGAL dan tidak lolos ke Perguruan Tinggi yang mereka idamkan-idamkan dari dulu, kecuali Dewi yang lolos entah itu keberuntungan semata atau memang dia pintar. Widya yang belum membuka merasa deg-degan dan perlahan dia membuka situs pengumuman itu dan taukah apa yang terjadi? Di situ bertuliskan “Maaf anda tidak LOLOS dalam seleksi ini terimakasih.” Widya sontak langsung menangis dan merasa menyesal karena telah meremehkan sesuatu yang sangat penting bagi masa depannya itu. Widya tidak hentinya menangis dan menyesali perbuatannya dan dia membuat orangtuanya kecewa, begitu pula halnya dengan Kiki yang sangat menyesali semua perbuatan mereka yang diutarakan lewat pesan singkatnya kepada Widya.
Kiki : “ Ini sih pasti gara-gara waktu kita bolos kali yah, udah ga shalat gak belajar malah main billiard ya Allah maafkan aku ya Allah.”
Widya :” Iya ki bener banget ya Allah kita maafkan kita ya allah udah nganggap remeh dan nyia-nyiain waktu.”
Dari pengumuman itu Widya mendaftar kesana-kemari semuanya lolos tapi tetap saja dirinya bertekad ingin ke Perguruan Tinggi Negeri, dia pun bangkit dari rasa bersalahnya itu dan memulainya dari awal sampai akhirnya dia diterima di Peguruan Tinggi Negeri dan dia pun sadar betapa berharganya waktu dan jangan menganggap remeh pada sesuatu hal yang sangat penting bagi hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar